Game

Hadir di Tokyo Game Show 2023, Bos Capcom Sebut Harga Game Dunia Masih Rendah

Sumber: Tokyo Game Show

IBUGAME -- Presiden Capcom, Haruhiro Tsujimoto, mengatakan sesuatu tentang perkembangan industri game dunia. Hal itu ia ungkapkan akhir pekan lalu, dalam event Tokyo Game Show 2023. Melansir dari Kotaku, ia menegaskan bahwa harga game terlalu rendah.

Perkataan yang disebutkan oleh bos Capcom tersebut, didukung dengan laporan Nikkei pada minggu lalu (23/9/2023), Tsujimoto membeberkan sejumlah hal terkait alasan kenapa harga penjualan game terlalu rendah. Yang pertama adalah faktor biaya pengembangan yang terlalu tinggi.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

“Biaya pengembangan sekitar 100 kali lebih tinggi dibandingkan era Famicom, namun harga perangkat lunak belum naik sebanyak itu,” kata Tsujimoto, di sela-sela acara Tokyo Game Show 2023.

Tsujimoto berujar, selain faktor tersebut, faktor kenaikan upah juga mempengaruhi harga game. “Ada juga kebutuhan untuk menaikkan upah. Mengingat fakta bahwa upah di industri secara keseluruhan meningkat, saya pikir menaikkan harga satuan adalah pilihan yang sehat untuk bisnis,” sambungnya.

Hal ini merujuk pada peningkatan besar-besaran dalam biaya pengembangan dan bagaimana harga game tidak naik pada tingkat yang sama. Tsujimoto menyarankan, bahwa menaikkan harga game akan menjadi pilihan yang sehat bagi industri game dunia.

Setahun lalu, era game dihargai sebesar 70 USD atau sekitar 1,1 juta Rupiah, benar-benar dimulai. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya game AAA yang dirilis, salah satunya God of War Ragnarök, yang mana game tersebut dijual 10 USD atau sekitar 155 ribu Rupiah lebih mahal dari perkiraan komunitas.

Namun di tahun sekarang, sekitar setengah game AAA dari developer kenamaan telah menerapkan patokan harga baru, yaitu sebesar 70 USD. Meskipun begitu, Capcom adalah satu dari sekian perusahaan game yang saat ini belum mematok harga sebesar itu.

Tetapi, Capcom masih terus menjual game andalannya, termasuk Street Fighter 6, dengan harga 60 USD atau sekitar 930 ribu Rupiah. Kemungkinan di waktu mendatang, harga tersebut akan berubah.

Sebaliknya, Tsujimoto menjelaskan bahwa resesi seharusnya tidak menjadi permasalahan penting, menyangkut harga game. Lanjutnya, suatu game yang dijual akan terus dibeli oleh komunitas, terlepas adanya resesi atau tidak.

“Hanya karena ada resesi bukan berarti kalian tidak akan pergi ke bioskop atau menonton konser artis favorit. Game berkualitas tinggi akan terus terjual,” kata Tsujimoto.