Keunikan Masyarat Minangkabau, dari Penganut Garis Keturunan Ibu Sampai Tradisi Merantau
IBUWARUNG -- Sudah menjadi hal umum bahwa masyarakat Minangkabau berasal dari nenek moyangnya yang bersuku bangsa Austronesia, dan berkelana menuju Nusantara serta dikenal sebagai Deutero Melayu. Dari suku bangsa tersebut menghasilkan perkembangan suku seperti Melayu, Bugis, dan termasuk Minangkabau.
Masyarakat Minangkabau, atau nama lainnya etnis Minang, merupakan kelompok dari banyak orang yang dari lahir membawa dan menganut budaya suku tersebut. Masyarakat Minangkabau mayoritas menganut ajaran agama islam, sehingga bisa dilihat hampir semua penduduk Minangkabau maupun di Provinsi Sumatera Barat, memeluk agama tersebut.
Hal ini didasari oleh masuknya ajaran agama Islam ke pesisir Sumatera, sejak tiga abad silam. Dengan waktu tersebut, membuat masyarakat Minangkabau cepat bersinggungan dengan agama tersebut. Ditambah lagi, masyarakat Minangkabau memegang prinsip adat yang disebut "adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah".
Satu hal yang menjadi keunikan dari masyarakat Minangkabau adalah mengenai garis keturunan. Hampir semua wilayah, bahkan sampai ke negara, menganut garis keturunan melalui laki-laki atau bapak, yang lebih dikenal sebagai patrilineal. Namun hal itu tidak berlaku di Minangkabau. Suku tersebut justru menganut garis keturunan itu adalah dari ibu, atau dikenal matrilineal.
Satu sisi, garis keturunan matrilineal terbilang aneh bagi orang awam kebanyakan, termasuk suku yang menganut patrilineal. Sebaliknya, keanehan yang dianut oleh Minangkabau itulah yang membuat daya tarik tersendiri, khususnya peneliti, untuk menelusurinya lebih dalam.
Amir Sjarifoedin Tj.A dalam bukunya berjudul Minangkabau Dari Dinasti Iskandar Zulkarnain Sampai tuanku Imam Bonjol menyebutkan, masyarakat Minangkabau adalah salah satu suku yang menganut sistem matrilineal terbesar di dunia.
Dari kondisi geografis, suku Minangkabau hidup dan tumbuh di daerah pesisir, dan kebanyakan mereka bertempat tinggal di daerah tersebut. Namun tidak menutup juga, bahwa masyarakat Minangkabau juga hidup di daerah pedalaman,seperti jajaran Bukit Barisan yang ada di tengah pulau Sumatera.
Beralih ke kegiatan, masyarakat Minangkabau sangat ahli dalam berdagang. Dagang atau berdagang sudah dilakukan mereka sejak dulu, dimana masyarakat Minangkabau menjual hasil bumi seperti merica atau lada, sayuran dan buah-buahan, termasuk juga menjualan hasil laut. Dengan kata lain, masyarakat Minangkabau berperan besar dalam memajukan perekonomian Indonesia, serta berperan penting dalam sektor perdagangan, dari dulu sampai sekarang.
Masih terkait dengan kegiatan, masyarakat Minangkabau juga dikenal sebagai suku yang mempunyai tradisi merantau, dimana mereka keluar dari wilayah aslinya untuk bekerja atau berkegiatan di daerah lain. Kegiatan yang mereka lakukan di daerah yang bukan aslinya adalah bekerja, dan termasuk berdagang. Maka tidak heran, bahwa terdapat sekolompok orang Minangkabau yang berada di daerah lain. Mulai dari Aceh, Kalimantan, Jawa, sampai ke Papua.
Pastinya suku Minangkabau juga mempunyai kesenian asli, dan dilakukan oleh masyarakatnya. Terdapat banyak kesenian yang lahir di Minangkabau. Mulai dari Randai yang merupakan seni teater, Tari Piring, Tari Pasambahan, dan seni beladiri Silek. Selain kesenian tersebut, ada juga kesenian lain yang sangat identik dengan Minangkabau, yaitu Tabuik dari Pariaman dan Pacu Jawi atau Sapi dari Tanah Datar.
Tidak hanya kesenian, masyarakat Minangkabau juga lekat dengan tradisi masak-memasak. Terdapat sejumlah masakan yang berasal dari suku tersebut, dan selalu dimakan oleh masyarakat. Masakan dari suku Minangkabau pun juga sudah dikenal luas, tidak hanya di Indonesia saja, namun sampai ke mancanegara.
Sebut saja Rendang, Ayam Pop, Gulai Tambusu, Ayam dan Ikan Balado, dan juga Kerupuk Sanjai. Sudah jelas, masakan Minangkabau tersebut sangat digemari masyarakat dari daerah lain.