Ada Istilah Microretirement, Apa Itu?
INFOREMAJA.ID -- Dibalik polemik mengenai dunia kerja Gen Z, generasi kerja tersebut juga munculkan istilah lain sekaligus menjadi tren untuk sekarang ini.
Yap, tren itu adalah Microretirement. Pensiun Mikro, lebih tepatnya Pensiun Dini. Ini adalah fenomena dimana Pensiun Dini dialami oleh pekerja Gen Z maupun Milenial.
Microretirement melibatkan kepada orang yang belum bahkan masih jauh dari usia pensiun. Mereka yang terlibat dalam fenomena ini menolak menerima kenyataan bahwa tidak ada yang bisa dilakukan, selain bekerja dalam waktu tertentu.
Lantas pertanyaannya, apa itu Microretirement atau Pensiun Dini?
Dilansir dari Unilad, fenomena ini diawali dengan beredarnya suatu konten di Tiktok, yang menjelaskan seorang pekerja mengambil masa pensiun yang cepat beberapa tahun, sebelum terselesaikannya suatu pekerjaan.
Fenomena ini mengacu kepada mengambil jatah libur kerja untuk menikmati hidup, sambil liburan dan berpergian saat usia masih muda. Padahal usia pensiun faktanya berada di umur 50 sampai 60 tahun.
Fenomena yang muncul di Tiktok tersebut dibeberkan oleh seorang konten kreator bernama Anais Felt. Hal itu terjadi saat dirinya pernah mengalami Microretirement atau Pensiun Dini, setelah memutuskan berhenti dari pekerjaannya di suatu perusahaan teknologi.
Anais juga menyebutkan, fenomena ini tidak hanya terjadi padanya namun sejumlah pekerja Gen Z yang lain turut mengalami hal yang sama.
"Saya sebenarnya berhenti enam bulan lalu dan saya baru saja mulai wawancara lagi," sebutnya.
Mengutip dari The Cut, fenomena yang sama juga turut dialami oleh Morgan Sanner, pekerja yang berusia 27 tahun. Ia sempat melakukan pengunduran diri dari pekerjaannya, yang cenderung tradisional.
“Menurut saya, Gen Z tertarik pada model pekerjaan yang tidak terlalu tradisional, secara umum. Misalnya, kami cenderung lebih suka bekerja lepas atau melakukan pekerjaan kontrak daripada generasi sebelumnya," ujarnya.
"Saya berharap bahwa seiring dengan semakin banyaknya jumlah pekerja, pensiun mikro menjadi lebih bisa dilakukan dan lebih normal,” sambung Morgan.
Memang, fenomena Pensiun Dini dicap kurang elok bagi sebagian orang. Tetapi bagi Anais, Microretirement punya manfaat tersendiri, terutama membantu pekerja Gen Z yang lebih bahagia daripada bekerja.
"Saya tidak pernah merasa lebih sehat, saya tidak pernah merasa lebih segar, ini luar biasa, saya sangat merekomendasikannya," katanya.
Dibalik itu, ada kendala tersendiri apabila seorang pekerja Gen Z melaukan Microretirement untuk sekarang ini. Hal yang utama adalah menjalani kehidupan setelah berhenti kerja.
Maksudnya, tentu pekerja Gen Z perlu mengkonsumsi makanan untuk kehidupan sehari-hari, dengan membeli bahan belanja bulanan. Bahkan dengan bekerja, bisa menambah pundi-pundi keuangan serta tabungan.
Jika pekerja Gen Z melakukan fenomena tersebut, lambat laun akan mengurangi tabungan yang sudah didapat selama bekerja.
Tetapi, Anais justru telah mempersiapkan waktu istirahatnya dari pekerjaan yang ia lakukan sebelumnya, di perusahaan teknologi, dengan cara melunasi pinjaman mahasiswa dan menabung dengan angka besar.
"Saya juga tidak punya anak. Saya berasal dari latar belakang berpenghasilan rendah dan merupakan orang pertama di keluarga saya yang kuliah dan melakukan ini. Jadi hal itu mungkin dilakukan dengan strategi, kegigihan, dan ketahanan yang tepat," tuturnya.
Hal senada juga diucapkan Morgan, terkait dengan Microretirement ini. Menabung adalah pilihan utamanya dalam menanggung biaya hidup selama setahun.
Ia juga ingin melakukan pekerjaan secara lepas atau tidak terikat kontrak, untuk menambah tabungannya sendiri.