Teknologi

IBM Luncurkan Teknologi Terbaru Quantum System Two, Apa Itu?

Ilustrasi chip IBM.

IBUGAME -- Pada Senin (4/12/2023) kemarin, International Business Machines (IBM) resmi meluncurkan teknologi terbarunya, yaitu chip dan mesin komputasi kuantum.

Teknologi tersebut mampu berfungsi sebagai dasar sistem yang sangat besar, dan leih cepat ketimbang komputer pada umumnya yang berbasis silikon.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

IBM menyebutnya dengan nama Quantum System Two, yang mana terdiri dari tiga chip Heron dan mampu menghasilkan pendinginan secara kriogenik.

Teknologi yang dihadirkan IBM saat ini, juga mampu menghubungkan chip sekaligus dalam mesin serta menghubungkannya secara bersama-sama.

Bahkan jika dikombinasikan dengan kode koreksi kesalahan terbaru, akan mampu menghasilkan mesin kuantum, yang mana nantinya akan dirilis pada tahun 2033.

“Kita berada dalam era di mana komputer kuantum digunakan sebagai alat untuk mengeksplorasi batas-batas baru ilmu pengetahuan,” kata Direktur Penelitian IBM, Dario Gil, melalui keterangan resmi.

Jelas yang dilakukan oleh IBM saat ini, merupakan sebuah kemajuan di bidang teknologi. Sebab, perusahaan teknologi raksasa lain seperti Microsoft hingga Baidu, berlomba-lomba untuk mengembangkan mesin yang menggunakan bit kuantum.

Teknologi komputasi kuantum mampu menyelesaikan permasalahan di bidang pengetahuan apapun, bahkan dalam hitungan menit saja.

Walaupun faktanya, hal itu membutuhkan jutaan tahun untuk menyelesaikannya bagi superkomputer yang sekarang ini.

“Bahkan satu juta atau satu miliar superkomputer yang terhubung bersama tidak dapat melakukan penghitungan mesin masa depan ini," sambung Dario.

Dengan adanya teknologi terbarunya, IBM berencana menggunakan chip tersebut dalam platform AI dari perusahaan Watsonx.

Lebih dari itu, IBM sudah memasang chip tersebut ke salah satu klinik di Ohio, Amerika Serikat.

Kepala Peneliti klinik Cleveland, Serpil Erzurum mengatakan, teknologi terbaru IBM itu bakal memiliki fungsi yang luar biasa dalam bidang kedokteran, di masa depan.

“Saya perlu memahami bentuknya saat melakukan interaksi atau fungsi yang saya tidak ingin dilakukan pada pasien tersebut,” kata Erzurum.

“Kanker dan autoimunitas adalah sebuah masalah. Kami sepenuhnya dibatasi oleh kemampuan komputasi untuk melihat struktur secara real-time untuk setiap molekul, bahkan satu molekul pun,” tutup Erzurum.